Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Review Buku Jatuh Cinta Diam-Diam #2

PERTAMA baca bukunya Dwitasari di Jatuh Cinta Diam-Diam #1 langsung kelar baca dalam beberapa jam. Setelah itu jadi suka baca buku-buku karya Dwitasari and Friends. Seperti buku Jatuh Cinta Diam-Diam #2 ini yang langsung dibeli hari perilisannya. Dan pastinya kelar dibaca beberapa jam setelah dibeli. Bukunya pas banget dengan keadaan saya saat ini. Memang tak semua perasaan itu harus diungkapkan. Adakalanya dia disimpan dihati. Diresapi sendiri.  Cukup bahagia hanya dengan melihat sosoknya.  Dengan senyum terkembang saat melihat tawanya.  Tak semua rasa cinta itu harus diumbar ke dunia.  Adakalanya dia dipupuk dengan sabar.  Dinikmati saat mekar. Sosoknya membuat aku terkadang takut pada ketiadaan, kepergian nya terlebih kehilangan. Namun apa bisa dayaku, ia begitu perlahan tapi pasti dan tanpa aku sadari membawaku pada suatu petualangan yang tak bisa kukendalikan. Entah berapa kali aku mengkukuhkan hati. Aku adalah orang yang percaya dengan ke...

Untukmu, yang Kuharap Mau Menjadi Tokoh Utama Dalam Hidupku

Tok-tok, permisi. Apakah hatimu sedang ada di tempatnya hari ini? Aku sudah menabung keberanian selama berhari-hari, khusus ingin mengunjunginya kali ini. Aku memang datang dengan tiba-tiba. Semoga kamu tak terlalu terkejut atau justru malu. Aku akan lega jika kamu malah menggelengkan kepala dan tertawa. Jadi, apa tujuanku datang kali ini? Tidak banyak — hanya ingin bercerita dari hati ke hati. Tentang bagaimana aku pertama kali mengenalmu, bagaimana aku akhirnya memperhatikanmu lebih, hingga bagaimana kamu menjadi nama yang terpikir di otakku hampir setiap waktu. Aku juga datang dengan sebuah proposisi. Semoga saja, proposisi ini bisa kamu terima dengan tangan terbuka. Sudah siap mendengar apa yang ingin aku kata? Mungkin ‘cinta dalam pandangan pertama’ memang tidak ada. Toh, aku masih menganggapmu biasa saja saat awal kita berjumpa. Perkenalan kita beberapa tahun silam sungguh tidak istimewa. Aku hanya mengenakan k...

Walau Jadi yang Kesekian, Semoga Akulah yang Mendampingimu di Masa Depan

Hai, pria ku. Mohon jangan tertawa ketika kamu membaca suratku ini. Aku menuliskan ini sebagai bukti — tak apa ‘kan, sekali-sekali? — bahwa aku memiliki cinta yang dalam. Perasaan yang kupunya memang tak pernah padam, dari hari pertama kita menjalin kedekatan hingga sekarang. Hari-hari yang kita lalui selalu diisi tawa yang selalu bisa membuatku berbunga. Kamu pun selalu ada dan siap menjadikan lontaranku kian sempurna. Berdua denganmu membuatku mampu menikmati apapun yang ditawarkan oleh dunia. Kata cinta juga tak lagi cukup untuk menggambarkan rasa menggebu serta kebun bunga yang tersemai rapi di hatiku. Berlebihankah jika aku ingin menjadi pendampingmu di masa depan? Aku memang bukan yang pertama kali menapaki ruang hatimu. Sebelumnya, ada yang lain yang pernah di sana lebih dulu. Aku tahu, aku bukanlah manusia pertama yang mengetuk dan masuk untuk kemudian menjelajah semua ruangan yang ada di hatimu. Dulu, aku sempat kebingungan karen...

Untukmu, Yang Namanya Kusebut Diam-Diam dalam Doa

Halo, kamu yang akhirnya berhasil membuatku mencinta. Sudikah kiranya kamu mendengar cerita? Sejak pertama kali kita bertemu, sesuatu yang “salah” terjadi pada diriku. Bukan dalam artian buruk, tentunya. Justru ini adalah jenis “kesalahan” yang aku suka. Suka tidak suka, dirimu ada dalam kepala. Meski kamu belum tentu sudi menerima kehadiran perasaan ini, izinkan aku untuk mencurahkan melalui tulisan sederhana yang mungkin bahkan tak akan pernah sempat kau baca. Kita Saling Mengenal Meski Tak Terlalu Dalam. Pertemuan Singkat yang Mungkin Hanya Kau Anggap Angin Lalu, Ternyata Membekas di Ingatanku Dulu sepertinya tak pernah terbayang memiliki cinta yang begitu dalam. Belum pernah ada seseorang pun yang kehadirannya begitu aku rindukan. Jadi aneh rasanya saat kamu tiba-tiba ada. Harus terseling waktu sebelum aku benar-benar terbiasa. Seiring berjalannya waktu, aku kini jadi penunggu setia pagi. Ada sem...